Selasa, 16 September 2008

ACI Brad Sugars

posting ini hasil wawancara dengan Herman Susanto,master Franchise ACI(action coach indonesia)

Sebagai gambaran, ACI merupakan waralaba Action International yang didirikan oleh Brad Sugars, miliuner asal Australia, tahun 1993 dan pada 1997 diwaralabakan. Ini merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menyukseskan bisnis orang. Adapun target pasar lembaga yang memiliki 1.000 kantor di 22 negara (termasuk Indonesia) ini adalah para pemilik bisnis, calon pebisnis dan profesional.

bisnis ini adalah mengubah pola pikir orang sehingga mereka memiliki dan menerapkan jiwa entrepreneurship. Untuk itu, ACI menggunakan metode coaching dan teaching. Pelatihan yang diberikan bisa dalam jangka pendek atau panjang melalui program mentoring individu atau grup. Tema pelatihannya, antara lain, penjualan atau pelayanan pelanggan, pemasaran atau periklanan, team building, rekrutmen, sistem manajemen bisnis, pengembangan bisnis, dan keuangan. Yang pasti, pelatihan ini berisi update metode coaching atau mentoring terbaru. Selain itu, di sini ada pertemuan antara lisence coach (farnchisee) dua minggu atau seminggu sekali.

Di sisi lain, kinerja para coach pun dilihat, yaitu dari perkembangan bisnis klien ACI yang sudah menggunakan jasa coaching ini. Contohnya, pertumbuhan angka penjualan, jumlah pembeli, atau persebaran gerai klien.

Hingga sekarang, menurut Herman, ACI berkembang pesat, baik dari sisi pertambahan jumlah franchisee (kini ada 22) maupun license coach-nya. Padahal, untuk mendapatkan lisensinya, dibutuhkan dana yang cukup besar. Ia harus menyiapkan Rp 5 miliar. Dana sebesar itu untuk mendapatkan master lisensi dan proses pelatihan awal. Pria yang enggan menyebutkan persentase fee master lisensinya ini mengungkapkan, nilai investasi sebesar itu telah memberikan pertumbuhan bisnis hampir 300% dalam 6 tahun ini baginya.

Yang membanggakannya, ACI meraih penghargaan sebagai produk waralaba dengan rating tertinggi untuk kategori kepuasan franchisee. Penghargaan dari Majalah Info Franchise melalui Franchisee Satisfaction Survey bersama The Bridge Consultant ini ternyata bukan sesuatu yang asing bagi mereka. Alasannya, di negara asalnya AC kerap menempati peringkat pertama dan tercatat sebagai Top 10 Franchise Dunia. Bahkan, saat ini AC menjadi satu-satunya business coach franchise di Indonesia. Karena itu, untuk memperluas penyebaran model business coach ini, Herman mewaralabakannya kembali.

Menurut Charles Botte Gunadi, Lisence Coach/Franchisee ACI, ketika mendapatkan lisence coach pada Mei 2007, ia mendapat pelatihan di Las Vegas, AS, selama 10-11 hari. Total investasinya sekitar US$ 37.000: sebesar US$ 27.000 untuk lisensi dan US$ 10.000 untuk biaya pelatihan plus akomodasi selama di sana. Ini di luar biaya transportasi (pesawat p.p.). Selain itu, tiap tahun ia mengikuti pelatihan di Gold Coast, Australia, dan New Port Beach, California, AS.

Yang pasti, sebelum menjadi lisence coach, Botte merupakan salah satu klien ACI. Ia merasa AC sangat bermanfat buat bisnisnya, terutama dalam meningkatkan update knowledge dan jejaring. Bagi pria yang berbisnis agen properti dan general contractor ini, metode lisensi yang diberikan AC itu sangat sederhana untuk diterapkan.

Toh, bagi Herman, menjalankan bisnis bukanlah hal mudah baginya. Diungkapkannya, tantangan terbesar di bisnis ini adalah harus menunjukkan dan membuktikan dirinya sendiri terlebih dulu sebagai pebisnis yang sukses agar bisa dipercaya oleh calon customer-nya. “Karena tujuan bisnis ini untuk membantu pengusaha lain dan menjadi inspirasi mereka,” ujar ayah Scott Susanto (9 tahun), Bill Susanto (7 tahun), dan Nicole Susanto (5 tahun) ini beralasan. Caranya, ia harus membangun sistem yang baik, memberi dukungan yang prima, dan menciptakab hubungan franchisor-franchisee yang baik.

Selain itu, supaya bisnis ini berhasil, Herman pun membangun mentally leaders dan melakukan seleksi ketat bagi para pelatih bisnis. Ia menandaskan, prinsip dalam memilih franchisee adalah look the right person, not just look the right money. Tujuannya, agar franchisee merasa puas terhadap AC.

Herman menambahkan, kepuasan ini harus dipicu dari diri pewaralabanya. Artinya, franchisor harus lebih dulu memulai upaya terbaik sehingga bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi para franchisee-nya. Dorongan dan stimulus kepada franchisee harus rutin diberikan. Tujuannya, agar franchisee bisa melakukan yang terbaik bagi diri (bisnis)-nya.

Ambisi Herman adalah mencetak sejuta miliarder Indonesia baru pada 2010. “Untuk menjadi miliarder harus dimulai dari pemikiran. Artinya, pemikiran atau impian menjadi sukses,” ujarnya. Targetnya, sampai akhir 2008 ACI bisa mencetak 100 lisence coach (franchisee).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar